Yoon Ji Ho membaca sepucuk surat sang Ibu...
Simak yuk kisahnya...
Sebelum Hari H diadakan Penyelenggaraan Upacara Pernikahan Ji Ho dan Se Hee.
Ji Ho kesal dan marah kepada Ibunya, Ibunya ingin mengadakan upacara penyelenggaraan pernikahan. Sang Ibu tidak ingin anaknya dianggap rendah oleh keluarga Se Hee.
Perdebatan terjadi, bahkan ibunya kesal dan menghitung semua biaya kuliah, dan sebagainya. Ibunya heran mengapa Ji Ho lebih memilih pernikahan daripada menulis.
Ji Ho yang kesal berkata, " Mana bisa aku dapat penghasilan sedang kerjaan menulisku tak berhasil?, Keluarga kita punya apa? Kerja bisa berhasil kalau punya latar belakang yang bagus. Kalau tak ada uang yang bisa dilakukan cuma tidur. Kita mana bisa bermimpi tinggi?".
Selanjutnya....
Adik Ji Ho ke rumah Ji Ho, dia mengantarkan kiriman ibunya berbagai macam lauk dan adiknya berpesan ibu meminta nomor handphone Se Hee.
Narasi Ji Ho
Menurut pakar sosiologi Gery Becker, "Orang cuma menikah jika membawa keuntungan daripada harus melajang."
Narasi Ji Ho,
"Kukira menikah itu mudah, hanya orang yang bisa menghitung keuntungan orang yang berfikir seperti itu, tapi bagi kami tak ada rasa kasih sayang. Jadi kukira ini hal yang mudah."
Tepat di Hari H, jelang acara...
Ji Ho berpapasan dengan Sang Ibu, Ji Ho masih kesal karena Ibunya, kini mereka menyelenggarakan acara ini.
Ji Ho mengatakan, " Ibu minta nomor handphone Se Hee untuk apa?, Ibu jangan aneh aneh sama dia. Kalau begitu lagi aku akan marah.
Sang Ibu berkata," Ibu harap kau juga punya anak sepertimu.
(Ibunya sedih dengan tuduhan Ji Ho, sebenarnya ibunya baru saja menitipkan bingkisan untuk menantunya Se Hee).
Ji Ho akhirnya mengetahui ada bingkisan untuk Se Hee, dia memeriksa dan membuka isinya. Penasaran ibunya memberi apa kepada Se Hee..
Yaitu sepucuk surat dan sebuah album foto kenangan Ji Ho dari kecil hingga dewasa bersama keluarga dan sahabatnya,juga beberapa sertifikat penghargaan Ji Ho.
Sepucuk surat ini berisikan tentang dirinya "Yoon Ji Ho"
"Aku ibunya Ji Ho, aku belum tahu harus memanggilmu apa. Kita baru bertemu cuma beberapa kali. Maaf atas sikapku dipertemuan keluarga kita. Karena dia putri pertamaku, kadang dia itu seperti suamiku, dan dia juga seperti temanku. Dia takut sama ayahnya dan banyak yang harus dia korbankan demi adiknya, karena dia bertemu orang seperti aku sebagai ibunya. Banyak pergemulan yang dia alami, walau begitu untungnya dia bukan sepertiku, dia sangat pintar. Aku lega karena Kupikir dia takkan hidup seperti ibunya."
Di dunia ini menjadi pintar tidak ada gunanya jika kau tak berasal dari keluarga berada.
Se Hee ssi, bisa bantu aku dua hal,...
Jika kelak Ji Ho mau menulis, bisa tolong izinkan dia menulis?, Kalau perlu aku yang bersih bersih rumahmu, jadi jika dia ingin menulis kelak tolong jangan biarkan dia menyia-nyiakan impiannya. Aku tak mau dia hidup sepertiku.
Dan jika kalau sudah menangis maka susah dihentikan tangisannya jadi jangan biarkan dia menangis sendirian. Walau kau membuat dia menangis temanilah dia kalau dia menangis."
Sepucuk surat ini membuat Ji Ho menangis terus, menumpahkan seluruh air matanya. Ji Ho sangat sedih hingga dadanya sesak. Kesedihan terdalam yang dialami Ji Ho.
Uluran tangan Se Hee meredakan air matanya. Se Hee mengajak Ji Ho menuju Altar Pernikahan. Se Hee berkata dengan lembut, "Menangis pun tak apa. Kita harus bersama, karena aku disampingmu. Aku akan bersamamu."
Kupikir menikah itu mudah. Disinilah kita bertemu. Mungkin ini juga tempat kita bersatu.
Selanjutnya Update episode 6 Because This is My First Life
Jangan Lewatkan Episode Sebelumnya "Because This is My First Life"...
Baca Juga :
Annyeong Haseyo,... Kamsahamnida...Terima Kasih Sobat Kdrama...
NO SPAM, Berikan Komentar yang relevan dengan pembahasan...
NO COPAS TULISAN ...NO COPAS GAMBAR... HARGAI SEMANGAT PENULIS...
Salam K Drama...FIGTHING, Berbahagialah Sobat...
Simak yuk kisahnya...
Sebelum Hari H diadakan Penyelenggaraan Upacara Pernikahan Ji Ho dan Se Hee.
Ji Ho kesal dan marah kepada Ibunya, Ibunya ingin mengadakan upacara penyelenggaraan pernikahan. Sang Ibu tidak ingin anaknya dianggap rendah oleh keluarga Se Hee.
Perdebatan terjadi, bahkan ibunya kesal dan menghitung semua biaya kuliah, dan sebagainya. Ibunya heran mengapa Ji Ho lebih memilih pernikahan daripada menulis.
Ji Ho yang kesal berkata, " Mana bisa aku dapat penghasilan sedang kerjaan menulisku tak berhasil?, Keluarga kita punya apa? Kerja bisa berhasil kalau punya latar belakang yang bagus. Kalau tak ada uang yang bisa dilakukan cuma tidur. Kita mana bisa bermimpi tinggi?".
Selanjutnya....
Adik Ji Ho ke rumah Ji Ho, dia mengantarkan kiriman ibunya berbagai macam lauk dan adiknya berpesan ibu meminta nomor handphone Se Hee.
Narasi Ji Ho
Menurut pakar sosiologi Gery Becker, "Orang cuma menikah jika membawa keuntungan daripada harus melajang."
di atas meja Ji Ho memperhatikan rincian biaya dan hal hal yang berkaitan dengan pernikahannya.
Narasi Ji Ho,
"Kukira menikah itu mudah, hanya orang yang bisa menghitung keuntungan orang yang berfikir seperti itu, tapi bagi kami tak ada rasa kasih sayang. Jadi kukira ini hal yang mudah."
Tepat di Hari H, jelang acara...
Ji Ho berpapasan dengan Sang Ibu, Ji Ho masih kesal karena Ibunya, kini mereka menyelenggarakan acara ini.
Ji Ho mengatakan, " Ibu minta nomor handphone Se Hee untuk apa?, Ibu jangan aneh aneh sama dia. Kalau begitu lagi aku akan marah.
Sang Ibu berkata," Ibu harap kau juga punya anak sepertimu.
(Ibunya sedih dengan tuduhan Ji Ho, sebenarnya ibunya baru saja menitipkan bingkisan untuk menantunya Se Hee).
Ji Ho akhirnya mengetahui ada bingkisan untuk Se Hee, dia memeriksa dan membuka isinya. Penasaran ibunya memberi apa kepada Se Hee..
Yaitu sepucuk surat dan sebuah album foto kenangan Ji Ho dari kecil hingga dewasa bersama keluarga dan sahabatnya,juga beberapa sertifikat penghargaan Ji Ho.
Sepucuk surat ini berisikan tentang dirinya "Yoon Ji Ho"
"Aku ibunya Ji Ho, aku belum tahu harus memanggilmu apa. Kita baru bertemu cuma beberapa kali. Maaf atas sikapku dipertemuan keluarga kita. Karena dia putri pertamaku, kadang dia itu seperti suamiku, dan dia juga seperti temanku. Dia takut sama ayahnya dan banyak yang harus dia korbankan demi adiknya, karena dia bertemu orang seperti aku sebagai ibunya. Banyak pergemulan yang dia alami, walau begitu untungnya dia bukan sepertiku, dia sangat pintar. Aku lega karena Kupikir dia takkan hidup seperti ibunya."
Di dunia ini menjadi pintar tidak ada gunanya jika kau tak berasal dari keluarga berada.
Se Hee ssi, bisa bantu aku dua hal,...
Jika kelak Ji Ho mau menulis, bisa tolong izinkan dia menulis?, Kalau perlu aku yang bersih bersih rumahmu, jadi jika dia ingin menulis kelak tolong jangan biarkan dia menyia-nyiakan impiannya. Aku tak mau dia hidup sepertiku.
Dan jika kalau sudah menangis maka susah dihentikan tangisannya jadi jangan biarkan dia menangis sendirian. Walau kau membuat dia menangis temanilah dia kalau dia menangis."
Sepucuk surat ini membuat Ji Ho menangis terus, menumpahkan seluruh air matanya. Ji Ho sangat sedih hingga dadanya sesak. Kesedihan terdalam yang dialami Ji Ho.
Kupikir menikah itu mudah. Disinilah kita bertemu. Mungkin ini juga tempat kita bersatu.
Selanjutnya Update episode 6 Because This is My First Life
Jangan Lewatkan Episode Sebelumnya "Because This is My First Life"...
Baca Juga :
Annyeong Haseyo,... Kamsahamnida...Terima Kasih Sobat Kdrama...
NO SPAM, Berikan Komentar yang relevan dengan pembahasan...
NO COPAS TULISAN ...NO COPAS GAMBAR... HARGAI SEMANGAT PENULIS...
Salam K Drama...FIGTHING, Berbahagialah Sobat...